LAPORAN
PRAKTIKUM
PHPT
PENGENDALIAN
KIMIAWI
(FEROMON
SEX)
Disusun
oleh:
Nama : Jefri Sasongko
NIM : C1103013
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
POLITEKNIK
BANJARNEGARA
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Tujuan
Praktikum
1)
Mengetahui berbagai teknik pengendalian
OPT
2)
Mampu melaksanakan beberapa teknik
pengendalia OPT dan mampu mengambil keputusan teknik yang tepat dalam
pelaksanakan pengendalian
1.2.Dasar
Teori
Pengendalian OPT
bertujuan untuk mengurangi dan menurunkan intensitas serangan OPT di tanaman budidaya.
Beberapa teknik yang dapat diginakan yaitu secara fisik, mekanik, kultur
teknik, kimiawi, hayati, penggunaan varietas lahan, bioteknologi,
perundang-undangan, dan PHT (pengelolaan hama terpadu). Semua metode
pengendalian memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga diperlukan pemilihan
teknik yang tepat dalam upaya pengendalian OPT di lapang. Teknik pengendalian
yang optimum bertujuan agar hasil pengendalian yang dilakukan maksimum tanpa
ada dampak ekologis yang negative dan residu pestisida yang berbahaya dalam
jumlah minimum atau bahkan tidak ada.
Pengendalian
hama adalah setiap usaha atau tindakan manusia untuk membatasi atau mengurangi
perkembangan hama agar jangan sampai meluas ke tempat lain dan juga menekan
hama itu sendiri agar tetap pada tingkat yang tidak merugikan. Tujuan
pengendalian adalah mengupayakan agar populasi hama tidak menimbulkan kerugian,
melalui cara-cara pengendalian yang efektif, menguntungkan, dan aman terhadap
lingkungan
Feromon adalah sejenis zat kimia
yang berfungsi untuk merangsang dan memiliki daya pikat seks
pada hewan jantan maupun betina. Zat ini berasal dari kelenjar endokrin
dan digunakan oleh makhluk hidup untuk mengenali sesama
jenis, individu
lain, kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi.
Berbeda dengan hormon,
feromon menyebar ke luar tubuh dan hanya dapat memengaruhi dan dikenali oleh
individu lain yang sejenis (satu spesies).
Feromon, berasal dari bahasa Yunani
‘phero’ yang artinya ‘pembawa’ dan ‘mone’ ‘sensasi’.
Komunikasi
melalui feromon sangat meluas dalam keluarga serangga. Feromon bertindak
sebagai alat pemikat seksual antara betina dan jantan. Jenis feromon yang
sering dianalisis adalah yang digunakan ngengat sebagai zat untuk melakukan perkawinan.
Ngengat gipsi
betina dapat memengaruhi ngengat jantan beberapa kilometer jauhnya dengan
memproduksi feromon yang disebut "disparlur".
Karena ngengat jantan mampu mengindra beberapa ratus molekul dari betina yang
mengeluarkan isyarat dalam hanya satu mililiter udara, disparlur tersebut
efektif saat disebarkan di wilayah yang sangat besar sekalipun.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Feromon, berasal dari
bahasa Yunani ‘phero’ yang artinya ‘pembawa’ dan ‘mone’ ‘sensasi’. Feromon
merupakan sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan memiliki daya
pikat seks pada hewan jantan maupun betina. Zat ini berasal dari kelenjar
eksokrin dan digunakan oleh makhluk hidup untuk mengenali sesama jenis,
individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi. Berbeda dengan
hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan hanya dapat mempengaruhi dan
dikenali oleh individu lain yang sejenis (satu spesies) (Anonim,2009).
Ketika pertama kali
ditemukan pada serangga, feromon banyak dikaitkan dengan fungsi reproduksi
serangga. Penemu zat feromon pertama kalinya pada hewan (serangga) adalah
Jean-Henri Fabre, ketika pada satu musim semi tahun 1870 an pengamatannya pada
ngengat ‘Great peacock’ betina keluar dari kepompongnya dan diletakkan di
kandang kawat di meja studinya untuk beberapa lama menemukan bahwa pada pada
malam harinya lusinan ngengat jantan berkumpul merubung kandang kawat di meja
studinya. Fabre menghabiskan tahun-tahun berikutnya mempelajari bagaimana
ngengat-ngengat jantan ‘menemukan’ betina-betinanya. Fabre sampai pada
kesimpulan jika ngengat betina menghasilkan ‘zat kimia’ tertentu yang baunya
menarik ngengat-ngengat jantan (Anonim,2009).
BAB
III
METODELOGI
PRAKTIKUM
3 1.Alat
1 Botol
air mineral
2 Bambu
3 Mika
warna merah
4 Plastik
transparan atau bening
5 Pisau
6 Corong
7 Kawat
3 2.Bahan
Deterjen
2 Air
3 Metil
Eugenol
4 Kapas
3.3.Prosedur
Kerja
Pengendalian Kimiawi (Feromon Seks)
a.
Diteteskan metil eugenol ke kapas
b.
Dimasukkan kapas ke dalam botol air
mineral yang telah dimodifikasi
c.
Diletakkan di sekitar area tanaman
budidaya
d.
Dilakukan pengamatan terhadap jumlah dan
jenis OPT yang terperangkap.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
a.
Pengendalian
Kimiawi Feromon Seks
Gambar Lalat Buah pada botol
b.
Tabel
Pengendalian kimiawi (Feromon Seks)
NO.
|
NAMA
|
LALAT BUAH
|
|
1.
|
Absullah Adli I
|
0
|
|
2.
|
Afri Dwi S
|
24
|
|
3.
|
Ana Rofika B.F
|
-
|
|
4.
|
Argo Galih S
|
32
|
|
5.
|
Catur Purna E
|
1
|
|
6.
|
El Muhammad F
|
10
|
|
7.
|
Febri Toni A
|
2
|
|
8.
|
Imam Saeful
|
5
|
|
9.
|
Irfan Ngafifi
|
36
|
|
10.
|
Jefri Sasongko
|
6
|
|
11.
|
Nasyifatul Wardah
|
-
|
|
12.
|
Pujiono
|
0
|
|
13.
|
Reski Diah U
|
13
|
|
14.
|
Rian Hidayat
|
1
|
|
15.
|
Salam Hermawan
|
0
|
|
16.
|
Subhan
|
1
|
|
17.
|
Tuti Nofianti
|
-
|
|
18.
|
Utri Kasiga
|
1
|
|
19.
|
Yunita Wijayanti
|
0
|
|
JUMLAH
|
132
|
||
RATA-RATA
|
6,9
|
||
4.2.Pembahasan
Dari hasil data
yang diperoleh setelah dilakukannya praktikum, dapat diketahui pengendalin OPT yaitu
dengan cara kimiawi, dengan menggunakan feromon seks untuk menangkap lalat buah
jantan. Feromon, merupakan sejenis zat kimia yang disekresikan oleh organisme,
dan berguna untuk berkomunikasi secara kimia dengan sesamanya dalam spesies
yang sama atau untuk merangsang dan memiliki daya pikat seks pada hewan jantan
maupun betina. Berdasarkan fungsinya ada dua kelompok feromon yaitu:
a. Feromon “releaser”, yang memberikan pengaruh langsung terhadap sistem syaraf pusat individu penerima untuk menghasilkan respon tingkah laku dengan segera. Feromon ini terdiri atas tiga jenis, yaitu feromon seks,feromon jejak, dan feromon alarm.
a. Feromon “releaser”, yang memberikan pengaruh langsung terhadap sistem syaraf pusat individu penerima untuk menghasilkan respon tingkah laku dengan segera. Feromon ini terdiri atas tiga jenis, yaitu feromon seks,feromon jejak, dan feromon alarm.
b. Feromon primer, yang berpengaruh terhadap system syaraf endokrin dan reproduksi individu penerima sehingga menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis
Feromon
dikeluarkan melalui abdomen pada segmen ke 4 dan 5 pada serangga yang
disekresikan oleh kelenjar eksokrin. Struktur senyawa feromon yaitu alkohol dan
aldehid. Struktur senyawa yang dihasilkan bersifat spesifik sehingga reseptor
yang dipunyai spesifik pula. Setelah sampai di antena serangga target, senyawa
feromon tersebut akan dicapai ke otak melalui sel saraf dan barulah diterima
oleh sel penerima.
Kebanyakan
molekul feromon berasal dari senyawa biokhemis biasa seperti asam lemak atau
asam amino. Isyarat feromon menempati ruang tertentu dan tinggal sampai
beberapa saat lamanya. Apabila suatu feromon menguap keluar dari sumbernya,
maka konsentrasinya akan semakin meningkat dengan semakin bertambahnya waktu.
Seandainya tidak ada faktor lain seperti angin dan sebagainya, maka konsentrasi
ini akan membentuk suatu ruang berisi konsentrasi feromon, dengan konsentrasi
tertinggi pada sumber emisi dan makin menurun ke segala arah.
Agar dapat
menimbulkan rangsang, harus ada serangga lain yang menangkap isyarat ini.
Kebanyakan tanggapan atas rangsang ini seragam, yakni apabila konsentrasi
feromon telah melebihi kadar konsentrasi tertentu. Semakin dekat konsentrasi
semakin tinggi, demikian pula semakin menjauh dari sumber emisi konsentrasi
semakin rendah dan tidak mampu menimbulkan rangsang. Dengan demikian terbentuk
semacam ruang tempat serangga lain menangkap isyarat atau rangsang kimiawi
untuk kemudian bereaksi menanggapi rangsang tersebut. Ruang semacam ini oleh
Wilson dan Bossert disebut sebagai "ruang aktif" atau "active
space".
Jika feromon
dilepas dalam jangka waktu cukup lama, maka ruang aktif akan menjadi cukup
besar. Ruang aktif yang lebih besar diperlukan bila penerima memiliki alat
deteksi isyarat yang tak terlampau peka dibanding bila penerima memiliki alat
yang peka. Dengan mengubah-ubah laju emisi, kepekaan penerima dan jenis isyarat
yang dikeluarkan, maka serangga dapat mencapai tujuan komunikasi kimiawi
berhubungan dengan perilaku tertentu.
Ada feromon yang mampu menarik serangga jenis kelamin lain pada jarak yang cukup jauh, ada pula yang bekerja pada jarak dekat dan penerima menanggapinya dengan serangkaian perilaku "courtship" atau mencari pasangan. Feromon seperti ini tidak diproduksi terus menerus, tetapi hanya ketika serangga telah mencapai usia cukup dewasa untuk kawin, dan bahkan itu pun pada saat tertentu saja. Telah cukup banyak jenis feromon seks yang dipelajari para peneliti, terutama karena mengubah perilaku kawin merupakan strategi yang cukup dapat diandalkan dalam rangka pengelolaan hama. Penelitian seperti ini pada mulanya berangkat dari usaha menemukan dan menjelaskan molekul feromonnya secara deskriptif, dan ketika jenis dan jumlah molekul yang diperoleh semakin banyak, penelitiannya bergeser ke arah analisis rinci dan kejelasan mekanisme kerja feromon.
Ada feromon yang mampu menarik serangga jenis kelamin lain pada jarak yang cukup jauh, ada pula yang bekerja pada jarak dekat dan penerima menanggapinya dengan serangkaian perilaku "courtship" atau mencari pasangan. Feromon seperti ini tidak diproduksi terus menerus, tetapi hanya ketika serangga telah mencapai usia cukup dewasa untuk kawin, dan bahkan itu pun pada saat tertentu saja. Telah cukup banyak jenis feromon seks yang dipelajari para peneliti, terutama karena mengubah perilaku kawin merupakan strategi yang cukup dapat diandalkan dalam rangka pengelolaan hama. Penelitian seperti ini pada mulanya berangkat dari usaha menemukan dan menjelaskan molekul feromonnya secara deskriptif, dan ketika jenis dan jumlah molekul yang diperoleh semakin banyak, penelitiannya bergeser ke arah analisis rinci dan kejelasan mekanisme kerja feromon.
Hasil yang
diperolehpun cukup efektif, dengan menggunakan metil eugenol yang memiliki
aroma khas lalat betina dapat merangsang lalat jantan untuk mendekati perangkap
yang sudah dipasang untuk menjebak lalat jantan tersebut. Selain ramah
lingkungan feromon seks ini juga tidak berbahaya bagi manusia dan tanaman itu
sendiri dan biaya yang digunakan cukup murah. Dan populasi atau tingkat jumlah
lalt buah yang paling berada di sekitar tanaman mangga.
BAB
V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Dari praktikum
kali ini dapat disimpulkan bahwa Feromon seks cukup efektif dalam mengendalikan
OPT, untuk dapat menangkap hama yang aktif beraktivitas dimalam hari. Feromon
seks pun cukup efektif dalam mengendalikan lalat buah, dengan aroma yang khas
yaitu aroma lalat buah betina dapat memikat lalat buah jantan untuk
terperangkap kedalamnya. Dan hasil yang didapat pun cukup banyak dengan radius
yang panjang, memiliki daya pikat seks pada hewan jantan maupun betina.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2002. Fruit
Fly rearing Methods for Pacific Island Countries and Teritories.http://www.pacifly.org/Fruit_fly_manual
Anonim.
2006. Kajian Musuh Alami Lalat Buah Bactrocera dorsalis HENDEL .
http://www.unhas.ac.id/~lemlit/researches/view/316.html
Anonim.
2004. Lalat Buah (Bactrocera sp). Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropik. Tlekung Batu.
Kardinan, A. 2003. Tanaman
Pengendali Lalat Buah.Agro Media Pustaka. Depok.
Kalshoven. L.G.E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta.
Kuswadi, A. 2004. Teknik
Iradiasi Untuk Pengendalian Hama Lalat Buah Pasca Panen Melalui Perlakuan
Keselamatan Tumbuhan. Badan Tenaga Nuklir Nasional. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar